06 Feb Sastra Rupa Gambar Babad Diponegoro, 1 – 24 Februari 2019
Pameran Sastra Rupa
GAMBAR BABAD DIPONEGORO
Jogja Gallery 1-24 Februari 2019
Jl. Pekapalan No. 7 Alun-alun Yogyakarta
Pembukaan: Jumat, 1 Februari 2019 pukul 19.00
Penyelenggara
Jogja Gallery & Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patrapadi)
Dibuka oleh
Moetaryanto Poerwoaminoto AO (Pecinta seni)
Kurator
Dr. Mikke Susanto, MA. & Dr. Sri Margana, M.Phil.
Perupa
- Agus Triyanto BR.
- Astuti Kusumo
- Bambang Nurdiansah
- Bambang Sudarto
- Camelia Hasibuan
- Cipto Purnomo
- Dadi Setiyadi
- Deddy PAW.
- Djoko “Timun” Mursabdo
- Dyan Anggraini
- Eddy Sulistyo
- Edy Maesar
- Edwin Istopi Raharjo
- Enka Komariah
- Sigit Santoso
- Galuh Tajimalela
- Hadi Soesanto
- Haris Purnomo
- Heru “Dodot” Widodo
- Isur Suroso
- Januri
- Joko Sulistiyono
- Joseph Wiyono
- Laila Tifah
- Laksmi Sitaresmi
- Aidi Yupri
- Mahdi Abdullah
- Muhammad Andik “Gus Black”
- Muji Harjo
- Nana Tedja
- Nasirun
- Roadyn Choerodin
- Robi Fathoni
- Rudy Mardijanto
- Ronald Manullang
- Setyo Priyo Nugroho
- Sigit Rahardjo
- “Soneo” Santoso
- Stefan Buana
- Suharmanto
- Suitbertus Sarwoko
- Suraji
- Suryadi Suyamtina
- Totok Buchori
- Tumariyanto
- Ugo Untoro
- Ugy Sugiarto
- Wahyu Teres
- Nano Warsono
- Yaksa Agus
- Indra Wahyu
Lukisan atau gambar yang ada dalam pameran ini sengaja dikerjakan dari sebuah naskah penting yang dikerjakan sendiri oleh Diponegoro, pada saat diasingkan di Manado, 1831 sampai 1832. Naskah ini kemudian disebut sebagai Babad Diponegoro. Pameran ini digagas untuk menyosialisasikan Babad Diponegoro. Dipilihnya pameran seni rupa sebagai media sosialisasi babad karena memiliki berbagai fungsi, baik sebagai sebuah media yang mudah dicerna oleh banyak orang, maupun sebagai sarana untuk “bertemu langsung” secara visual dengan sang tokoh, meskipun melalui imajinasi para pelukis.
Terpilihnya Babad Diponegoro sebagai “Memory of the World” pada 2013 oleh UNESCO menyebabkan sejumlah kalangan memiliki keinginan untuk menghidupkannya secara terus-menerus. Gagasan ini diawali oleh sejumlah individu, dan melalui organisasi Patrapadi dan Jogja Gallery, pameran ini diadakan. Pameran ini menyediakan diri sebagai sarana untuk mengingat, mempelajari, mengidentifikasi serta mengimajinasikan segala hal yang terkait dengan Diponegoro. Jadi dapat dikatakan bahwa pameran ini menyajikan lukisan-lukisan “nyata”, berdasarkan biografi sang pangeran.
Dalam pameran ini disajikan sejumlah 50 kisah yang diambil dari Babad Diponegoro yang memiliki lebih dari 100 pupuh dalam 1000 halaman. Ke-50 kisah tersebut lalu dimanifeskasikan oleh 51
pelukis kontemporer Indonesia ternama. Artinya setiap pelukis mendapat 1 kisah. Dengan demikian tergambar bahwa pameran ini berkeinginan dan bertujuan untuk memberi rangsangan pada semua
pihak untuk mengingat mengenai sosok Diponegoro berdasarkan kisah yang telah ditulisnya sendiri, secara berurutan. Para pelukis yang terlibat, telah melakukan riset lapangan, mengunjungi lokasi dan berdiskusi dengan pihak-pihak terkait.
Pameran ini didukung oleh PLN
Sorry, the comment form is closed at this time.